Aku terbiasa duduk di pelataran menjelang malam , hingga bulan meninggi , lalu menghilang lagi tertutup mendung . seperti senja hampir malam ini , saat langit tertutupi warna aneh , entah pertanda mendung entah tidak . lalu yang terasa hanya angin yang kencang yang membuat tulang ngilu dan perut menjadi kembung . tak hanya malam ini aku seperti ini . dua hari yang lalu aku pun seperti ini , memandangi ap saja , termasuk rumpun bambu hias yang dahannya patah -patah
"melamun lagi , ras?"
" enggak , hanya menikmati udara luar ."
" udara malam akhir-akhir ini jahat , loh
ntar kalau kamu masuk angin nggak ada yang ngerik." ia mengambil tempat duduk persis disebelahku . pundaknya menyentuh pundakku . aku merasa hangat .
tak mungkin bisa masuk angin .
akhirnya , setelah menyeruput tehnya dengan sedikit bersuara , ia mengelus punggungku sambil menatapku dari dekat .aku tak melihat wajahnya secara jelas . namun melalui ekor matanya , aku tahu ia mendekati wajahnya ke wajahku . lalu napasnya menyentuh sekitar sekitar telingaku . namun tahu apa yang ia katakan , mengajakku masuk .
aku mengangguk , tetapi tak mengikuti nya ke dalam rumah .detik berikutnya , aku menyadari mulutku berbicara ," aku masih ingin di sini ."
"baiklah , aku tak tahan dengan udara malam .aku masuk ya ."
aku menoleh dan mengawasi nya hingga ia menghilang , mungkin berbelok ke dapur atau langsung menuju tangga untuk masuk ke kamarnya .
sudah dua minggu ini aku tinggal bersama keluarga mariana . keluarga Rahardja tepatnya . tempat tinggal sementara sampai aku siap untuk kembali lagi ke rumah orang tuaku di jakarta . sebernarnya besok aku sudah ingin kembali ke jakarta . mungkin tinggal sendiri malah akan menolong hidupku . Aku akan menjadi lebih mandiri , mungkin . ada banyak pekerjaan yang kembali bisa kulakukan di jakarta , dan itu lebih baik ketimbang berleha -leha disini , dirumah Rahadja ini.
Aku mengenal keluarga Rahardja sejak masih kecil . orang tuaku dan suami -istri Rahardja bersahabat baik . ayahku dan ayah Mariana sepertinya telah menyatukan darah mereka sejak remaja , berikrar menjadi saudara . tentu ini bayanganku saja . memikirkan betapa eratnya hubungan persahabatan mereka . lalu , seperti sengaja dibuat-buat , ternyata mereka pun menikahi sepasang pertempuan yang juga karib sejak sma , ibiku dan juga ibu Mariana .
seperti cerita didongeng dan sinetron .untuk mepertahankan persaudaraan ini keluarga Rahardja memesan agar aku dijadikan menantu mereka.Aku mengetahui tentang perjodohan ini dari orang tuaku , ketika aku baru lulus sma . mengejutkan sekali , meski saat itu aku tak memiliki kekasih . ah , tapi biarlah , kupikir setidaknya aku mengenal siapa yang di jodohkan padaku .
selanjutnya aku menjalani hari-hari sebagai mahasiswa yang sadar akan statusku . demi perjodohan ini itu aku terus menjaga perasaan , untuk menjauhi niat untuk berdekatan dengan orang lain atau mencari pacar . aku tak ingin mengacaukan perjodoahan itu karena aku yakin saja dengan apa yang dimaui ayah dan ibuku .
"melamun lagi , ras?"
" enggak , hanya menikmati udara luar ."
" udara malam akhir-akhir ini jahat , loh
ntar kalau kamu masuk angin nggak ada yang ngerik." ia mengambil tempat duduk persis disebelahku . pundaknya menyentuh pundakku . aku merasa hangat .
tak mungkin bisa masuk angin .
akhirnya , setelah menyeruput tehnya dengan sedikit bersuara , ia mengelus punggungku sambil menatapku dari dekat .aku tak melihat wajahnya secara jelas . namun melalui ekor matanya , aku tahu ia mendekati wajahnya ke wajahku . lalu napasnya menyentuh sekitar sekitar telingaku . namun tahu apa yang ia katakan , mengajakku masuk .
aku mengangguk , tetapi tak mengikuti nya ke dalam rumah .detik berikutnya , aku menyadari mulutku berbicara ," aku masih ingin di sini ."
"baiklah , aku tak tahan dengan udara malam .aku masuk ya ."
aku menoleh dan mengawasi nya hingga ia menghilang , mungkin berbelok ke dapur atau langsung menuju tangga untuk masuk ke kamarnya .
sudah dua minggu ini aku tinggal bersama keluarga mariana . keluarga Rahardja tepatnya . tempat tinggal sementara sampai aku siap untuk kembali lagi ke rumah orang tuaku di jakarta . sebernarnya besok aku sudah ingin kembali ke jakarta . mungkin tinggal sendiri malah akan menolong hidupku . Aku akan menjadi lebih mandiri , mungkin . ada banyak pekerjaan yang kembali bisa kulakukan di jakarta , dan itu lebih baik ketimbang berleha -leha disini , dirumah Rahadja ini.
Aku mengenal keluarga Rahardja sejak masih kecil . orang tuaku dan suami -istri Rahardja bersahabat baik . ayahku dan ayah Mariana sepertinya telah menyatukan darah mereka sejak remaja , berikrar menjadi saudara . tentu ini bayanganku saja . memikirkan betapa eratnya hubungan persahabatan mereka . lalu , seperti sengaja dibuat-buat , ternyata mereka pun menikahi sepasang pertempuan yang juga karib sejak sma , ibiku dan juga ibu Mariana .
seperti cerita didongeng dan sinetron .untuk mepertahankan persaudaraan ini keluarga Rahardja memesan agar aku dijadikan menantu mereka.Aku mengetahui tentang perjodohan ini dari orang tuaku , ketika aku baru lulus sma . mengejutkan sekali , meski saat itu aku tak memiliki kekasih . ah , tapi biarlah , kupikir setidaknya aku mengenal siapa yang di jodohkan padaku .
selanjutnya aku menjalani hari-hari sebagai mahasiswa yang sadar akan statusku . demi perjodohan ini itu aku terus menjaga perasaan , untuk menjauhi niat untuk berdekatan dengan orang lain atau mencari pacar . aku tak ingin mengacaukan perjodoahan itu karena aku yakin saja dengan apa yang dimaui ayah dan ibuku .
0 komentar:
Posting Komentar